Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kontes 



Kontes 

0Aiden melihat Nico menatapnya, berusaha untuk meminta bantuan pada Aiden untuk menjelaskan semuanya.     

Namun, Aiden malah berkata, "Aku tidak akan mendiskriminasi preferensimu. Terserah kamu mau menyukai pria atau wanita. Tetapi ketika membawa pacarmu kembali ke rumah, hati-hati agar tidak terlihat oleh saudara. Kalau sampai berita ini terdengar di telinga ibumu, aku takut ibumu tidak akan kuat menerima beritanya," kata Aiden dengan tulus.     

"Ya. Berhati-hatilah. Setidaknya pikirkan mengenai ibumu," timpal Anya.     

Nico benar-benar ingin menangis mendengarnya. Mengapa ia dengan naifnya berharap bahwa Pamannya akan menolongnya?     

Meski ia menjelaskan, Anya tidak akan mempercayainya. Lebih baik ia diam dan menerima fakta bahwa ia menyukai pria. Ia tidak akan bisa menjelaskannya meski mulutnya berbusa sekali pun.     

Dan yang lebih parah lagi, Bibinya dan Tara sekarang berteman dekat! Jika Anya memberitahu hal ini pada Tara, rencananya akan gagal!     

"Bibi, aku hanya belum menemukan wanita yang tepat. Akhir-akhir ini, aku merasa semakin dekat dengan Tara. Tolong bantu aku. Jangan beritahu hal ini padanya!"     

Nico benar-benar ingin menyangkal, tetapi Aiden tidak mau kalau sampai Anya tahu bahwa pria yang ada di rumahnya pada saat itu adalah Raka.     

Nama Raka telah menjadi tabu di rumah ini dan tidak bisa disebutkan sama sekali.     

"Aku menyukai Tara. Ia adalah wanita yang sederhana dan jujur. Semua yang ia rasakan tergambarkan di wajahnya. Sementara itu, aku tahu bahwa kamu menyukai pria dan hanya menggunakannya sebagai alasan untuk kabur dari perjodohan. Jika aku membantumu, bukankah itu sama saja dengan mencelakakan Tara?" kata Anya sambil mengerutkan keningnya. Ia tidak ingin mengkhianati teman barunya.     

"Bibi, persahabatan antara aku dan temanku tidak sekotor yang kamu pikirkan. Apakah kamu percaya jika aku mengatakan bahwa aku masih menyukai wanita?" tanya Nico dengan tidak berdaya.     

Anya menggelengkan kepalanya dan menatap Aiden, "Aiden, apakah kamu percaya Nico?"     

��Aku juga tidak percaya!" jawab Aiden dengan sengaja.     

"Mengapa kalian tidak mempercayaiku? Apakah aku harus segera menikah dan memiliki anak agar kalian percaya kepadaku?" tanya Nico dengan kesal.     

Aiden hanya memancarkan senyum pada Nico, terlihat puas saat membuat Nico merasa frustasi.     

Aiden mendengus dengan marah, "Paman, pokoknya aku tidak mau menikah dengan Natali atau pun Raisa. Kalau kalian tidak mau membantuku untuk mendekati Tara, setidaknya jangan menggangguku. Aku akan berusaha sendiri."     

"Apakah kamu serius terhadap Tara?" tanya Anya.     

"Aku merasa cocok dengannya. Aku bahkan mencuri bunga teratai salju untukmu bersama dengannya," kata Nico dengan bersemangat.     

"Ngomong-ngomong tentang bunga, aku meminta bantuanmu untuk mencari seorang ahli tetapi kamu tidak bisa mendapatkannya. Kamu tidak seperti Harris yang bisa mengurus semuanya dengan mudah!" kata Anya dengan kesal.     

Aiden langsung memasuki mode suami baik dan menegur Nico untuk istrinya. "Nico, masa kamu tidak bisa menyelesaikan tugas sekecil ini?"     

Nico hanya mengerutkan keningnya. "Paman, bibi meminta seorang ahli yang profesional dengan gaji rendah. Di mana aku bisa mendapatkan orang seperti itu?"     

"Harris sudah mendapatkannya untukku. Kamu selalu berkata tidak bisa padahal kamu belum mencobanya. Bisakah kamu sedikit membantuku agar Pamanmu tidak bekerja terlalu keras? Ia juga butuh beristirahat!" tegur Anya dengan serius.     

Mata Nico melotot, tetapi ia melihat iblis di belakang Anya, yang mendukung bibinya itu apa pun alasannya. Ia hanya bisa diam tanpa membalas.     

"Paman, aku bersalah. Lain kali jika bibi membutuhkan bantuan aku akan melewati air dan api untuk membantunya!" kata Nico dengan berlebihan.     

Anya langsung bertepuk tangan dan berkata dengan senang. "Benarkah? Kebetulan sekali aku membutuhkan bantuanmu sekarang!"     

Nico menatap ke arah Aiden. Matanya seolah menuduh Aiden : 'Paman, kamu tahu bibi sengaja menjebakku seperti ini karena ia membutuhkan bantuanku. Mengapa kamu tidak memedulikan aku?'     

Aiden hanya membalasnya dengan tatapan dingin. Tatapannya itu mengatakan 'Selama bibimu senang, aku akan membiarkanmu melakukan apa pun. Jika ia menginginkan bulan, kamu yang harus pergi ke langit untuk mengambilnya!'     

"Bibi, apa yang bisa aku bantu?" senyum di wajah Nico tidak terlihat senang. Malah terlihat seperti ingin menangis.     

Tadi pagi, Esther mengatakan bahwa ia sangat puas dengan sampel parfum buatan Anya dan setuju untuk meluncurkan produk tersebut selama acara mall untuk melihat reaksi pengunjung.     

Namun, parfum tersebut harus melewati berbagai prosedur dulu agar bisa dijual. Parfum tersebut harus diperiksa dan disetujui, lalu dicatatkan hak patennya, baru bisa dijual secara umum.     

"Formula parfum Rose Scent telah tersebar di internet sehingga parfum tersebut tidak bisa dijual pada saat mall mengadakan acara. Kita kehabisan waktu untuk meluncurkan produk baru pada saat itu. Aku telah membuat dua parfum baru, tetapi aku belum mendapatkan persetujuan dan tidak bisa menjualnya secara umum. Apakah kamu bisa membantuku mempercepat proses pemeriksaan dan persetujuannya?" tanya Anya.     

Nico beralih memandang Aiden, "Bibi, bukankah kamu bisa meminta bantuan Paman dalam masalah ini?"     

"Aku sudah meminta tolong Aiden untuk memberi nama parfumku. Aku tidak bisa merepotkan Aiden lagi. Kali ini, aku meminta bantuanmu untuk proses pemeriksaan dan persetujuan itu. Jika semuanya beres, aku tidak akan marah lagi kepadamu mengenai masalah kemarin," kata Anya, terlihat seperti seorang bibi yang murah hati.     

"Bibimu telah memberimu kesempatan agar kamu bisa menebus kesalahanmu. Seharusnya kamu berterima kasih," Aiden menatap Nico dengan penuh arti.     

Nico hanya bisa memaksakan bibirnya untuk tersenyum. "Terima kasih, Bibi, karena telah memberiku kesempatan yang sangat berharga ini. Pagi ini, berikan semuanya kepadaku. Aku akan membantumu untuk melengkapi prosedurnya sebelum mall melangsungkan acara."     

"Kalau kamu berhasil melakukannya, aku akan memberimu hadiah!" kata Anya.     

Tiba-tiba saja mata Nico berbinar saat mendengar kata hadiah, "Hadiah apa?"     

"Hmm … Rahasia. Tapi aku yakin kamu pasti menyukainya!" kata Anya dengan msiterius.     

"Aku menantikannya!" kata Nico. Setelah mendengar kata hadiah, kekesalan di dalam hatinya sudah berkurang setengah.     

Ia menebak-nebak bahwa bibinya akan memberikan sebotol parfum padanya. Tidak peduli apa pun hadiahnya, Nico sangat menyukai hadiah. Sehingga ia merasa lebih senang saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh Anya.     

…     

Setelah makan pagi, Anya segera pergi ke Rose Scent untuk bekerja. Sementara itu, Aiden pergi ke kantor untuk melaksanakan rapat perusahaan.     

Nanti siang, mereka akan bersama-sama menemui dokter yang menangani ibunya sehingga Anya harus menyelesaikan semua pekerjaannya di pagi hari.     

Tepat pukul delapan pagi, Anya memasuki Rose Scent. Mila, manajer toko yang baru dan orang kepercayaan Aiden, sedang melaksanakan pertemuan pagi dengan para pegawi lainnya.     

"Selamat pagi, Nona Anya!" sapa Mila sambil tersenyum.     

Anya juga tersenyum saat membalas sapaan Mila. "Selamat pagi. Silahkan lanjutkan. Aku akan ganti baju terlebih dahulu."     

"Bu Esther sedang menunggu Anda di kantor," kata Mila sebelum Anya pergi dari hadapannya.     

"Terima kasih," Anya menganggukkan kepalanya dan segera menuju kamar ganti. Setelah berganti pakaian kerja, ia langsung naik ke lantai dua untuk menemui Esther.     

Esther terlihat terkejut saat melihat Anya mengenakan pakaian kerjanya. "Anya, mengapa kamu masih mengenakan seragam itu?"     

"Bu Esther, aku masih merupakan asistenmu. Aku akan tetap bekerja di area pembuatan parfum khusus di bawah. Aku berharap tidak ada yang berubah pada Rose Scent," kata Anya dengan serius.     

Esther mengangguk, "Harris kemarin menjelaskan semuanya kepadaku. Hari ini aku mengunjungi perusahaan Atmajaya Group untuk menandatangani kontrak sebagai general manajer di Rose Scent. Sebenarnya, posisi apa yang kamu dambakan di tempat ini?"     

"Aku ingin menjadi kepala parfumeur. Tetapi aku masih perlu banyak belajar sehingga aku memutuskan untuk belajar darimu," kata Anya sambil tersenyum.     

"Tidak ada yang bisa aku ajarkan kepadamu. Walaupun Diana telah kehilangan penciumannya, ia telah mengajarimu dengan sangat baik. Kamu sudah bisa mencampurkan berbagai bahan. Hanya pengalaman saja yang kamu butuhkan," kata Esther sambil mengingat-ingat sesuatu. "Di bulan Oktober nanti akan ada kontes parfum. Aku diundang untuk menjadi jurinya. Apakah kamu ingin mendaftar?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.